Kata-kata yang terlintas dalam benak saya “uang adalah segalanya” mungkin berlaku bagi sebagian orang terutama bagi kaum Hedonis. Selain sebagai alat pembayaran yang sah di berbagai belahan dunia, uang juga mampu membuat suatu nilai ukuran tingkat sosial. Perkembangan trend kebutuhan masyarakat menuntut kita selalu berlomba-lomba menjadi yang paling Up to date. Disaat masyarakat ekonomi lemah berjuang memenuhi kebutuhan primer mereka, masyarakat menengah keatas tidak perlu pusing memenuhi kebutuhan Primer nya, justru lebih cenderung menggunakan uang nya untuk memenuhi kebutuhan Sekunder & Tertier.
Kurang pas rasanya paragraf pembuka diatas, saya rasa saya bukan ekonom atau ahli keuangan yang pandai mengulas tentang uang. Ada hal yang menarik bagi saya tentang uang, yaitu istilah “Uang itu sensitif”. Saya rasa semua pasti setuju dengan istilah itu.
Tidak percaya?. Saya ceritakan sebuah contoh. Tissa berhutang uang kepada sahabatnya nya Karin. Pinjaman uang tersebut sudah jatuh tempo, tapi Tissa belum membayar kepada sahabatnya. Berkali-kali Karin bertanya mengenai pelunasan pinjaman tersebut, namun tidak ada respon sama sekali. Setidaknya memberi kabar atau “alasan”, tapi tidak dilakukan oleh Tissa. Sampai akhirnya ketika berhasil berkomunikasi, terjadilah pertengkaran antara dua sahabat ini.
Karin meluapkan emosinya kepada Tissa. Emosi bercampur kecewa terlihat jelas pada kata-kata dan raut wajah Karin. Tissa terus berkelit dengan bumbu ala sinetron yang “berlebihan”. Tissa melontarkan kata-kata “kenapa kamu seperti ini kepada sahabatmu sendiri”. Yang mana kata-kata tersebut dilontarkan Karin kembali kepada Tissa. Ditengah-tengah pertengkaran mereka, Karin berkata “bukan masalah uang nya, tapi kamu mengecewakan aku dengan sikap menghindari tanggung jawab membayar pinjaman”.
Bagaimana pendapat anda?. Uang menjadi sensitif, sampai-sampai dapat membuat dua orang sahabat bertengkar. Tapi taukah anda kalau yang sensitif itu bukan uang. Tetapi uang hanyalah pemicu permasalahan. Uang menjadi sensitif apabila uang tersebut telah melukai area harga diri anda, kesetiakawanan, bahkan persaudaraan.
Disaat anda merasa terkhianati dan dikecewakan oleh orang lain karena nominal uang, maka anda menjadi sensitif. Cerita diatas mungkin sering terjadi pada saya, anda atau orang lain. Jadi menurut anda apakah uang itu sensitif? atau “anda” lah yang sensitif?
Kurang pas rasanya paragraf pembuka diatas, saya rasa saya bukan ekonom atau ahli keuangan yang pandai mengulas tentang uang. Ada hal yang menarik bagi saya tentang uang, yaitu istilah “Uang itu sensitif”. Saya rasa semua pasti setuju dengan istilah itu.
Tidak percaya?. Saya ceritakan sebuah contoh. Tissa berhutang uang kepada sahabatnya nya Karin. Pinjaman uang tersebut sudah jatuh tempo, tapi Tissa belum membayar kepada sahabatnya. Berkali-kali Karin bertanya mengenai pelunasan pinjaman tersebut, namun tidak ada respon sama sekali. Setidaknya memberi kabar atau “alasan”, tapi tidak dilakukan oleh Tissa. Sampai akhirnya ketika berhasil berkomunikasi, terjadilah pertengkaran antara dua sahabat ini.
Karin meluapkan emosinya kepada Tissa. Emosi bercampur kecewa terlihat jelas pada kata-kata dan raut wajah Karin. Tissa terus berkelit dengan bumbu ala sinetron yang “berlebihan”. Tissa melontarkan kata-kata “kenapa kamu seperti ini kepada sahabatmu sendiri”. Yang mana kata-kata tersebut dilontarkan Karin kembali kepada Tissa. Ditengah-tengah pertengkaran mereka, Karin berkata “bukan masalah uang nya, tapi kamu mengecewakan aku dengan sikap menghindari tanggung jawab membayar pinjaman”.
Bagaimana pendapat anda?. Uang menjadi sensitif, sampai-sampai dapat membuat dua orang sahabat bertengkar. Tapi taukah anda kalau yang sensitif itu bukan uang. Tetapi uang hanyalah pemicu permasalahan. Uang menjadi sensitif apabila uang tersebut telah melukai area harga diri anda, kesetiakawanan, bahkan persaudaraan.
Disaat anda merasa terkhianati dan dikecewakan oleh orang lain karena nominal uang, maka anda menjadi sensitif. Cerita diatas mungkin sering terjadi pada saya, anda atau orang lain. Jadi menurut anda apakah uang itu sensitif? atau “anda” lah yang sensitif?
2 comments:
Saya rasa artikel yang anda tulis sangatlah bagus, dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Mungkin dengan artikel anda ini para pembaca seperti saya ini,bisa mendapatkan arti bahwa tidak selalu "hijau" dengan yang nama nya "uang" karena jika terlalu " hijau dengan uang " bisa merusakan segalanya, nice post girl....
nice post girl... sungguh realita...
tulisan anda singkat padat dan jelas.
tingkatkan lagi!
cheerrsss...
Posting Komentar